ShoutMix chat widget

Minggu, 02 Mei 2010

KURANG ENERGI PROTEIN (KEP)

          Kurang Energi Protein (KEP) adalah kondisi rendahnya konsumsi energi protein yang merupakan salah satu masalah gizi kesehatan masyarakat dan masih menjadi masalah utama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Sungguh keadaan yang miris jika mengingat negara Indonesia yang agraris dan kaya akan hasil alam. Malnutrisi ini sering dialami oleh anak-anak di bawah usia 5 tahun (balita) sehingga perlu adanya perhatian dan penanganan serius untuk itu.

          Diantara 68 penderita KEP usia di atas 12 bulan, 48,53 % mengaku melakukan imunisasi tidak lengkap dan 42,64 % tidak pernah diimunisasi (Anton, 2000). Hal ini mencerminkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat akan pentingnya kesehatan masih sangat minim apalagi mengenai konsumsi makanan bergizi bagi balita. Laju pertumbuhan penduduk yang mulai tidak diimbangi dengan pertambahan ketersediaan pangan menyebabkan krisis pangan yang juga menjadi salah satu faktor pemicu KEP. Bukan hanya itu, tradisi dan kebiasaan masyarakat mengenai cara pengolahan dan penyajian, masih dibawah standar angka kecukupan gizi apalagi terkait kontinuitas pemberian ASI eksklusif. Selain hal yang berkaitan dengan makanan, faktor lingkungan dan ekonomi juga cukup berperan. Walaupun demikian, kenyataannya masih banyak faktor lain sebagai pemicu KEP balita diantaranya penyakit infeksi maupun malabsorbsi yang berujung pada kondisi kekurangan energi protein.

      image    

Apabila masalah tersebut hanya didiamkan akan menjadi indikator menurunnya derajat kesehatan masyarakat, terganggunya pertumbuhan dan perkembangan anak, bahkan menjadi salah satu penyebab kenaikan angka kematian balita (Sihadi, 2000). Defisiensi macro nutrient ini diindikasi dapat menurunkan mutu fisik, intelektual, daya tahan tubuh, dan menghambat aktivitas kognitif balita.

          Secara sederhana, gejala KEP ditandai dengan lebih rendahnya rasio berat dan tinggi badan balita dengan rasio seumurannya, menurunnya ukuran lingkar lengan atas dan berkurangnya ketebalan lipat kulit normal. Faktor biologis ini biasanya disertai berat badan lahir rendah (BBLR) di setiap bagian awalnya. Gejala/ tanda klinis lain yang biasanya terjadi adalah diare, muntah, mual, demam, maturasi tulang terlambat, bahkan dapat berujung menjadi kwarshiorkor, marasmus, kwarshiorkor-marasmus dan fatalnya adalah suatu kematian. Adapun penyakit penyerta KEP yaitu : gastroenteritris, dehidrasi berat, dll.

          Berdasarkan penelitian Anton Kristijono (2000), sebesar 60,20 % dari 98 balita KEP adalah perempuan usia 12-23 bulan. Hal ini setidaknya dapat membantu tenaga kesehatan untuk membuat perencanaan terkait program upaya kesehatan masyarakat. Distribusi KEP hampir di setiap wilayah di Indonesia dan Jember menduduki prevalensi tertinggi di Jawa Timur (Yumarlis, 2009). Penyebaran KEP di Indonesia sendiri dimulai dari pulau Lombok, NTT, Bogor, Jawa Tengah, Cilacap, Rembang, dll. Kenyataannya, walaupun masalah gizi ini cenderung meningkat di daerah perkotaan tetapi keadaan status gizi balita yang tinggal di pedesaan masih lebih memprihatinkan dibandingkan yang berada di perkotaan.

          Hal yang dapat dilakukan untuk mencegah dan memperbaiki keadaan tersebut dengan meningkatkan kesehatan dan sosialisasi KIE ibu hamil; memperhatikan tumbuh kembang fisik, mental, dan sosial balita; mempertimbangkan kebutuhan dan daya beli masyarakat dengan baik; memperhatikan tata laksana status gizi balita. Berdasarkan penelitian Novella Marizza (2007), dinas kesehatan biasa melakukan pemberian PMT, nutrition training bagi tenaga dan kader kesehatan, perencanaan dan pengembangan sistem informasi kesehatan. Selain itu perlu adanya upaya revitalisasi posyandu atau puskesmas baik dalam penimbangan rutin balita serta upaya kesehatan ibu dan anak. Diharapkan akan terjadi pemerataan kendali melalui pengawasan dan pengasuhan langsung oleh setiap ibu balita sesuai dengan anjuran petugas kesehatan

DAFTAR PUSTAKA

Kristijono, Anton. 2000. Karakteristik Balita Kurang Energi Protein (KEP). Aceh : Balai Penelitian Kesehatan Depkes RI

____. 2009. Tiap Bulan, Tiga Bayi Jember Dirawat Karena Gizi Buruk. Jember : TEMPO Interaktif

Suryadi, Edwin Saputra. 2009. Kejadian Kekurangan Energi Protein. Jakarta : Universitas Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

please ^_^ give your respon